Presiden Baru Pilihan Rakyat
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 23 Juli 2014 . in Dosen . 659 views

Pada hari Selasa, tanggal 22 Juli 2014, KPU telah berhasil mengumumkan pemenang hasil pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2014-2019. Pemenangnya adalah Joko Wododo dan Yusuf Kalla. Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 dinyatakan menang atas dasar hasil hitungan jumlah suara yang dilakukan oleh KPU, mereka mendapatkan jumlah suara terbanyak.

Pemilihan umum berdasarkan sistem demokrasi adalah mencari siapapun yang mendapatkan suara terbanyak, dan bukan ukuran lainnya. Oleh karena itu siapapun yang memperoleh dukungan suara terbanyak maka dianggap menjadi pilihan rakyat dan dialah sebagai pemenangnya. Dalam sistem demokrasi, maka rakyat yang memiliki hak pilih diberi hak yang sama. Suara rakyat tidak dibeda-bedakan. Antara suara orang pintar atau orang yang tidak pintar, tua atau muda, kaya atau miskin, semua dianggap sama.

Hasil pemilihan umum yang bersifat demokratis itu disebut sebagai presiden pilihan rakyat. Sebagai resiko atau konsekuensinya maka rakyat juga ikut bertanggung jawab atas keberhasilan pemimpin yang dipilihnya sendiri itu. Berbagai program pemimpin yang baru itu seharusnya didukung, sepanjang menguntungkan bagi rakyat dan tidak menyimpang dari undang-undang yang berlaku.

Sebenarnya siapapun pemimpinnya, asalkan didukung sepenuhnya oleh rakyat maka akan berhasil membuat perubahan sebagaimana yang dicita-citakan. Perubahan itu akan terjadi, bukan semata-mata tergantung oleh pemimpinnya, melainkan justru oleh rakyatnya sendiri. Sehebat-hebat pemimpinnya manakala tidak didukung oleh rakyat, maka tidak akan menghasilkan perubahan apa-apa. Itulah pentingnya berdemokrasi, yakni pemimpin dipilih oleh rakyat agar memperoleh dukungan sepenuhnya.

Dalam kaitannya pembangunan bangsa Indonesia sekarang ini, setidaknya ada beberapa kunci penentu yang seharusnya dimiliki atau dikembangkan agar perubahan itu berhasil sebagaimana yang dicita-citakan, yaitu : Pertama, harus ada tekad bersama untuk berbuat jujur. Bangsa ini tidak maju oleh karena telah terjadi krisis kejujuran itu. Terjadinya korupsi di mana-mana, usaha apa saja tidak berhasil, sulitnya meningkatkan kualitas pendidikan, dan lain-lain, adalah merupakan buah dari krisis kejujuran itu.

Kedua, adalah perlunya memperkukuh integritas kebangsaan. Perasaan satu bangsa, satu tanah air, satu negara, dan satu identitas, ternyata masih perlu dipupuk dan digelorakan kembali. Dengan perasaan seperti itu, maka setiap orang seharusnya merasa ikut ambil bagian dan bertanggung jawab di dalam mensejahterakan bangsanya sendiri. Atas dasar perasaan yang sedemikian mulia itu, maka hati setiap orang akan merasa sakit tatkala melihat sesama bangsanya sendiri, sekedar mencari nafkah, mereka harus pergi ke luar negeri tanpa bekal ilmu dan ketrampilan yang cukup. Saya membenarkan sinyalemen salah seorang duta besar asing yang mengatakan bahwa, salah satu kelemahan bangsa Indonesia hingga sulit maju adalah lemahnya integritas kebangsaan.

Ketiga, perlu dibangun kembali kesadaran tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi sebagai bekal kemajuan. Mencari ilmu bukan sekedar untuk lulus ujian, tetapi adalah dijadikan bekal atau jendela untuk meraih kemajuan. Orang yang berilmu pengetahuan selalu berbeda dari orang yang tidak berilmu pengetahuan. Rupanya akhir-akhir ini, mencari ilmu disamakan dengan mencari ijazah. Sementara ijazahnya didapat, sedangkan ilmunya masih gagal diperoleh. Akhirnya yang terjadi adalah kepalsuan dan atau berbohong terhadap dirinya sendiri.

Selain ilmu pengetahuan dan ketrampilan, yang diperlukan lagi adalah penguasaan teknologi. Sekarang ini adalah zaman teknologi. Apa saja akan memberi manfaat setelah dilakukan sentuhan-sentuhan teknologi. Sesuatu yang semula seolah-olah tidak ada gunanya, setelah diolah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan membuahkan manfaat besar bagi kehidupan. Misalnya, tanaman yang semuala dianggap sebagai pengganggu, setelah diolah lewat teknologi, ternyata berubah menjadi obat yang diperlukan bagi kesehatan. Sekarang ini, siapapun yang hanya menggantungkan alam, atau menunggu proses alamiah, pasti akan semakin ketinggalan.

Setidaknya hal-hal tersebut itulah yang perlu mendapatkan perhatian sebagai bekal untuk melakukan perubahan, menuju menjadi bangsa yang sejahtera, adil, dan makmur hingga disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Pada saat sekarang ini, proses pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden oleh rakyat sudah selesai. Maka selanjutnya, bersama pemimpin bangsa yang baru, perubahan harus segera dimulai dari sekarang, oleh masing-masing orang, dan di mana saja sedang berada. Menunggu dan menunda adalah merupakan petanda bahwa tekad melakukan perubahan itu tidak serius, dan pasti hanya akan membuahkan kegagalan. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up