Mengenal Dan Memperbaiki Diri Sendiri
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 11 Oktober 2016 . in Dosen . 14382 views

Seseorang lebih menyukai untuk mengetahui tentang orang lain, tetapi seringkali lupa terhadap upaya memahami dirinya sendiri. Hal demikian itu disebabkan oleh karena mungkin saja yang bersangkutan sudah merasa tahu atau juga pengetahuan itu belum terasa ada gunanya. Padahal sekalipun tentang dirinya sendiri tidak semua orang mengetahuinya, dan bahkan orang yang tidak tahu tentang dirinya sendiri biasanya disebut 'tidak tahu diri", dan sebutan itu sebenarnya berkonotasi tidak baik.

Upaya mengetahui tentang diri sendiri disebut berinstropeksi atau juga disebut bermukhasabah. Tidak gampang melakukannya, dan belum tentu apa yang dilakukan juga tepat. Hal demikian itu oleh karena, kebanyakan orang tidak mau melihat kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Melihat kekurangan diri sama artinya dengan mengundang kekecewaan. Sebab siapa saja yang mengetahui kekurangan yang ada pada dirinya, hatinya akan merasa tidak senang.

Siapa saja akan terhibur jika dianggap oleh orang lain memiliki kelebihan, prestasi, atau pengakuan sebagai orang hebat. Sebaliknya, siapapun tidak suka ketika diberi label sebagai seorang gagal, kalah, dan apalagi berpredikat sebagai orang yang rendah, berkekurangan dan apalagi dipandang jelek. Itulah tabiat manusia pada umumnya. Ajaran Islam, melalui al Qur'an, manusia justru dianjurkan untuk selalu melihat terhadap dirinya sendiri dan bukan melihat orang lain.

Meneliti tentang diri sendiri itulah seharusnya yang dilakukan oleh setiap orang pada setiap hari. Dengan mengetahui tentang dirinya sendiri, maka akan tumbuh kesadaran bahwa masih banyak pada dirinya yang harus diperbaiki, ditingkatkan, dan ditambah kebaikan yang seharusnya dilakukan. Namun kebanyakan orang pada kenyataannya lebih suka melihat orang lain, sehingga mereka yang dilihat itulah yang banyak kekurangan, sementara dirinya sudah bercukupan atau bahkan berlebih. Akibatnya, orang lain selalu salah, sementara dirinya sendiri selalu dipandang benar dan sempurna.

Al Qur'an sebenarnya lebih banyak mengajak orang untuk melihat kepada diri sendiri. Selain itu, kitab suci juga mengajak untuk memperbaiki dirinya sendiri sebelum berusaha untuk memperbaiki orang lain. Di dalam al Qur'an ada perintah : ' jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka'. Akan tetapi aneh, banyak orang sehari-hari justru berusaha memperbaiki orang lain, atau mendakwahi orang lain daripada berdakwah atau memperbaiki dirinya sendiri. Mereka mengira, dirinya sudah benar, sementara orang lain harus dibenarkan.

Padahal lagi-lagi, al Qur'an menegur dengan keras kepada orang yang menyuruh orang lain berbuat baik, sementara dirinya sendiri tidak melakukannya. Akibat selalu memperhatikan orang lain dan menganggapnya mereka salah, maka orang lain dianggap sebagai musuhnya. Bahkan, orang lain itu dianggap 'kafir', padahal pada dirinya sendiri, sebenarnya juga menyandang unsur kekafiran. Kafir bisa diartikan ingkar. Ketika seseorang sedang menghasut orang lain, memfitnah, dengki, takabur, sombong, bakhil, menganggap orang lain rendah, dan seterusnya, maka sebenarnya ketika itu yang bersangkutan sendiri adalah dalam keadaan ingkar, atau mengingkari larangan Allah dan Rasul-Nya.

Sebagai akibat seseorang tidak melakukan muhasabah, berinstropeksi atau berusaha mengenal diri sendiri itu, ketika ia sedang menyandang sifat kekafiran maka tidak menyadarinya. Dikiranya orang lain buruk, jelek, ingkar atau kafir. Padahal sebenarnya, sangat mungkin, bahwa dirinya sendiri juga menyandang sifat-sifat yang tidak terpuji itu. Islam adalah ajaran tentang bagaimana setiap orang memperbaiki dirinya sendiri dan juga harus mempertanggung-jawabkan apa yang ia lakukannya, sehingga sebenarnya memahami diri sendiri adalah lebih penting dibanding memahami orang lain. Demikian pula memperbaiki diri sendiri sebenarnya lebih utama dibanding memperbaiki orang lain. Bahkan, pekerjaan itu---memperbaiki orang lain, tidak akan mampu dilakukan, dan juga bukan menjadi wewenangnya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up