Menjadikan Perilaku Seseorang Semakin Baik
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 14 Oktober 2016 . in Dosen . 16096 views

Semua orang menginginkan perilaku dirinya menjadi semakin baik. Akan tetapi ternyata menjadi orang baik tidak selalu mudah. Setiap orang menginginkan agar dirinya menjadi sabar, ikhlas, istiqomah dalam melakukan sesuatu, adil, jujur, banyak bersyukur, dan seterusnya. Akan tetapi, hal demikian itu tidak selalu mudah dilakukan. Seseorang menginginkan agar ikhlas dalam menerima berbagai kenyataan hidup, tetapi untuk memiliki sifat terpuji itu juga tidak mudah.

Sifat-sifat terpuji itu tidak akan tumbuh pada diri seseorang hanya atas nasehat orang lain. Umpama hanya dengan jalan dinasehati, sifat terpuji menjadi milik seseorang, maka betapa banyak orang baik. Namun jangankan mereka yang dinasehati, sementara itu orang yang memberi nasehat saja tidak selalu mampu menjalankannya sendiri. Seseorang yang memberi nasehat agar orang lain sabar, banyak bersyukur, ikhlas, dan lain-lain, ternyata dirinya sendiri saja tidak selalu mampu menjalankannya.

JIka demikian tersebut keadaannya, maka pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang menjadikan seseorang semakin baik. Apakah perilaku baik itu tidak bisa diusahakan, termasuk oleh yang bersangkutan sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, siapa saja pasti tidak akan mau menjadi pencuri, koruptor, penipu. penghasut, dan sejenisnya. Mereka tahu bahwa perbuatan tersebut adalah buruk atau tercela. Akan tetapi ternyata masih dilakukan. Padahal, mereka pasti tahu terhadap resiko perilaku tidak terpuji itu.

Perbuatan tidak baik atau tercela sebagaimana contoh di muka, ternyata tidak berkorelasi dengan tingkat pendidikan. Artinya orang yang berpendidikan semakin tinggi juga pasti memiliki kemampuan menahan dirinya untuk tidak melakukan perbuatan tercela. Pada kenyataan tidak sedikit orang yang berpendidikan tinggi ternyata juga masih melakukan perbuatan tercela, seperti korupsi, menipu, menghasut, saling memfitnah, dan sejenisnya.

Demikian pula juga tidak ada korelasi antara perbuatan baik dengan posisi atau jabatan seseorang. Seseorang yang jabatannya rendah atau bahkan pegawai biasa tidak selalu menyimpang dan sebaliknya, orang yang memiliki posisi penting atau pejabat tinggi selalu jujur dan benar. Pada kenyataannya tidak demikian itu yang terjadi. Tidak sedikit ditemukan pejabat tinggi justru menyimpang dan sebaliknya, pegawai biasa memilii loyalitas dan tingkat kejujuran yang tinggi. Perilaku baik tidak ada kaitannya dengan latar belakang pendidikan dan bahkan juga jabatan seseorang.

Kebaikan adalah selalu tumbuh dari hati. Seseorang yang berhati jernih dan sehat maka akan mampu mengendalikan dirinya. Segala tindakannya tidak dikendalikan oleh nafsunya, melainkan oleh suara hatinya. Hati yang bersih dan sehat selalu mengajak kepada kebaikan. Sebaliknya, hati yang dikendalikan oleh hawa nafsu, maka cenderung akan melakukan hal-hal yang tidak baik. Seseorang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya, maka akan melakukan sesuatu yang dipandang akan segera mendatangkan kesenangan tanpa memperhitungkan resikonya.

Persoalannya adalah bagaimana menjadikan hati seseorang semakin jernih dan sehat. Menyangkut apa yang ada di dalam hati atau ruh adalah urusan Tuhan dan Rasul-Nya. Ruh akan menjadi baik manakala dibimbing atau dididik oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan cara mendidiknya ternyata sederhana, yaitu melalui shalat. Disebutkan di dalam al Qur'an bahwa shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Selain itu juga disebutkan pula bahwa, 'beruntung orang yang mensucikan dirinya dan yang mengingat nama Tuhannya lalu dia shalat".

Maka, agar seseorang menjadi baik ternyata harus melalui shalat. Namun shalat yang dimaksud adalah shalat yang khusu' dan bukan sembarang shalat. Shalat yang khusu' adalah ketika dalam menjalankannya yang bersangkutan merasa benar-benar bertemu dengan Tuhannya. Shalat yang demikian itu dijalankan dengan sungguh-sungguh, bukan saja sebatas memenuhi syarat dan rukunnya, melainkan hatinya benar-benar hadir untuk mempersembahkan sebagaimana yang seharusnya dilakukannya. Jika demikian itu telah dikerjakan maka hati yang bersanhkutan akan menjadi baik. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up