Kebutuhan Lain Manusia Yang Bersifat Mendasar
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 15 November 2016 . in Dosen . 2202 views

Seringkali kebutuhan manusia hanya dimaknai secara sederhana, yaitu sekedar makanan, pakaian, perumahan, fasilitas pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan sejenisnya. Umpama kebutuhan yang dimaksudkan hanya seperti disebutkan itu, maka tidak terlalu sulit memenuhinya. Diperbanyak lapangan pekerjaan, insprastruktur dipenuhi, pasar diperluas, dan seterusnya, maka sudah cukup memberi peluang kerja dan menghasilkan uang. Kebutuhan ekonomi akan tercukupi dengan sendirinya.

Namun kebutuhan manusia, ternyata tidak sebatas bersifat material sebagaimana disebutkan di muka. Manusia membutuhkan suasana merdeka, harkat dan martabatnya dihargai, keberadaannya tidak direndahkan oleh siapapun apalagi oleh bangsa lain, tidak dikalahkan, masa depannya terjamin, dan bahkan juga harga dirinya diakui. Bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini bisa disebut berisik, sama sekali bukan karena kekurangan beras, pakaian dan perumahan, melainkan oleh karena merasa agamanya dinistakan.

Kesediaan datang ke ibu kota dengan biaya sendiri yang dilakukan oleh ratusan ribu dan bahkan juta'an orang dari berbagai daerah adalah bukan dalam rangka membela atau berebut sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan karena kebutuhan yang bersifat immaterial mereka terganggu. Seseorang tatkala tidak punya uang mungkin merasa susah atau menderita, akan tetapi akan lebih menderita lagi jika perasaan batinnya terganggu. Orang tidak akan protes hanya sekedar tidak diberi makan, tetapi akan menjadi marah dan meluapkan emosinya jika harga diri, kepercayaan, dan apa yang dianggap bernilai tinggi sedang diganggu orang lain.

Kebutuhan yang bersifat immeterial itulah yang disebut dengan kebutuhan lain manusia yang bersifat mendasar. Namun sayangnya, kebutuhan semacam itu tidak selalu memperoleh perhatian. Apa yang dilakukan oleh Ahok, Gubernur DKI. non aktif, hingga menunai kritik dan bahkan kaum muslimin merasakan sakit hati, adalah sebagai bukti bahwa kebutuhan itu sangat mendasar. Umpama Ahok sebagai gubernur gagal dalam mengatasi kemacetan di Jakarta, banjir masih sering terjadi, rumah kumuh masih banyak, pengangguran tidak turun jumlahnya, dan lain-lain, pasti tidak akan didemo, apalagi oleh orang yang berasal dari luar DKI. Kegagalan dimaksud paling hanya dikritik. Akan tetapi, jika rakyat diganggu kehormatannya, kemerdekaannya, dan apa yang dipercaya terasa direndahkan, maka mereka akan protes dan bangkit melawan.

Memenuhi kebutuhan lain yang bukan bersifat fisik sebenarnya tidak selalu sulit dan juga tidak mahal, namun harus dilakukan dengan cara yang tepat. Ketika Presiden Joko Widodo hadir di acara Muktamar NU di Jombang dan mengenakan sarung dan kopyah hitam, maka warga NU sedemikian senangnya. Demikian pula menjadi berbeda ketika datang ke muktamar Muhammadiyah di Makassar, Presiden mengenakan pakaian jas lengkap, maka akan disambut dengan gembira. Umpama terbalik, Presiden datang di Muhammadiyah dengan mengenakan sarung, sementara ke NU dengan mengenakan jas, akan dirasakan sebagai hal yang kurang tepat.

Demikian pula, umpama pada saat umat Islam berdemonstrasi di Jakarta pada tanggal 4 Nopember 2016 yang lalu, Presiden segera menemui perwakilan demonstran, mereka akan merasa diperhatikan dan dihargai. Mungkin saja, sambutan Presiden dimaksud akan mendatangkan kekecewaan terhadap kelompok orang yang tidak sepaham dengan demonstrasi. Akan tetapi, apa yang ditunjukkan oleh kepala negara tersebut masih dapat dipahami. Para demonstran akan merasa senang, tidak melahirkan kecurigaan, dan meraka merasa bahwa aspirasinya memperoleh saluran. Jika hal itu dilakukan, Presiden pada saat itu sekaligus akan dapat menjelaskan tentang posisinya di dalam tatanan politik di negera yang berdemokrasi sebagaimana yang menjadi pilihan bangsa ini.

Kebutuhan lain yang bersifat immaterial tersebut sangat mendasar dan seharusnya dipenuhi, dan apalagi tidak selalu berbiaya mahal. Memahami dan memenuhi kebutuhan yang bersifat immeterial tersebut akan berhasil membuat seseorang dan atau sekelompok orang mengerti, faham, dan akhirnya merasa bergembira. Akhirnya, eksistensi diri mereka dihargai, diperlakukan secara adil, tidak merasa terancam, tidak ada sesuatu yang akan merugikan, dan juga diperlakukan secara jujur. Manakala hal-hal tersebut, dirasakan sebaliknya, maka mereka akan marah. Padahal menyelesaikan orang marah dan apalagi sejumlah banyak orang, bukan perkara mudah. Itulah sebabnya, memenuhi kebutuhan dimaksud sebenarnya tidak mahal tetapi juga harus dilakukan secara benar. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up